Ketua Umum Pinkan Ajak Generasi Muda Banyak Belajar dan Lestarikan Musik Kolintang

Taman Widya Mandala Krida Bakti Pramuka (Wiladatika) siang itu dipenuhi para generasi muda dan para insan pecinta seni. Mereka membawa beberapa set alat musik kolintang. Dari kejauhan, sudah terdengar sayup-sayup alunan musik kolintang, di lapangan belakang kolam renang, Taman rekreasi Wiladatika, bumi perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, Minggu siang (21/8/22)

Persatuan Insan Kolintang (Pinkan) Indonesia menggelar hajatan “Gebyar Kolintang” secara kolosal, ditempat itu. Acara itu bertepatan dengan HUT Ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia dengan tagline “Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat”. Gelaran ini melibatkan 152 pelatih dan pemain kolintang.

Alunan musik kolintang diawali dengan lagu Indonesia Pusaka, Maju Tak Gentar dan Gebyar-Gebyar. Lagu-lagu perjuangan itu membahana dilangit Taman Wiladatika dengan aransmen dari Mauritz Tumendung dengan dibantu musisi ternama Dwiki Darmawan.

Ketua Umum DPP Persatuan Insan Kolintang Indonesia (Pinkan) Penny Marsetio, menerangkan, masa pandemi Covid-19 membuat insan kolintang tidak berkegiatan. Namun, saat ini kondisi Indonesia sudah lebih baik lagi dan Pinkan kembali mengaktifkan kehidupan musisi kolintang dan seluruh insan pecinta kolintang.

“Kegiatan yang dilakukan Pinkan hari ini adalah untuk memberi semangat kepada para pelatih, khususnya dan kepada pecinta kolintang, bahwa kolintang tetap bisa bermain dalam keadaan apapun,” ujar Penny Marsetio, kepada tangerangnline.id, Minggu (21/8/22) di Taman Wiladatika, Cibubur, Jakarta Timur.

Soal kolintang “Goes to Unesco”, Penny melanjutkan,  saat ini pihaknya sudah melakukan kerjasama sampai ke negara Francis, dan Pinkan sudah ditawarkan untuk pengakuan secara tunggal atau secara multi oleh Unesco.

“Kami juga sudah mengadakan pertemuan melalui zoom dengan negara Afrika yang memiliki alat musik seperti kolintang. Namun, di Afrika alat musik yang mereka miliki hanya berupa melody saja, sedangkan kita lengkap ansambel musik,” beber Penny.

“Jadi peluang untuk diakui dunia itu besar sekali, tinggal dari daerah asal kolintang (Minahasa) untuk menyepakati bahwa musik kolintang ini akan diangkat menuju Unesco,” tambahnya.

Penny menjelaskan, dalam gebyar kolintang kali ini  diantaranya digelar 17 Grup Kolintang dengan 17 pelatih kolintang dalam rangka memeriahkan HUT Ke-77 Kemeredekaan RI untuk menunjukkan bahwa insan kolintang telah memulai kegiatan lagi.

‘Untuk generasi muda, saya berpesan, jangan pernah berhenti untuk mencoba dan belajar alat-alat musik daerah, karena ini kewajiban kita untuk melestarikan budaya dan mensosialisasikannya. Sehingga generasi muda tidak cenderung selalu mencintai budaya barat atau berkiblat ke barat,” ujarnya.

Sementara itu, ditempat yang sama, Pembina Sanggar Limeka dan Winetin, Mayor Jenderal TNI (Purn) Lodewijk Pusung, menjelaskan, Sanggar Limeka sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh Pinkan Indonesia.

Menurutnya, Pinkan Indonesia sudah luar biasa melakukan berbagai kegiatan untuk melestarikan musik kolintang asal Minhasa itu.

“Makanya, saya yang dari Manado, mendirikan Sanggar Limeka di Jakarta ini untuk kita ikut mem-back up kegiatan Pinkan. Sanggar Limeka yang bekerjasama dengan Pinkan Indonesia, sudah melakukan kolaborasi dengan insan kolintang yang ada di Melbourne, Australia dan kolintang yang ada di Jakarta secara Live Streaming,” ungkapnya.

“Pinkan ini tidak pernah berhenti. Nanti, tanggal 27 Agustus, kami dengan Pinkan, akan Live Streaming di Youtube lagi dengan kolintang yang ada di Belanda, Melbourne, Jakarta dan Minahasa, Sulawesi Utara. Luar biasa ini, saya apresiasi betul,” kata mantan Asisten Operasi (Asops) Panglima TNI tahun 2017 ini.

Itu semua, sambungnya , sebagai salah satu upaya Sanggar Limeka dan Pinkan untuk mengangkat kolintang dengan me-nusantarakan kolintang dan mengantar kolintang ke Unesco.

“Dalam rangka itu, kita sedang mengupayakan melakukan kerjasama dengan negara Afrika,” katanya.

Sanggar Limeka dan Pinkan, berharap berharap akan dukungan dari pemerintah khususnya Pemerintah Sulawesi Utara yang merupakan pengusul kolintang goes to Unesco.

“Pinkan itu hanya mensuport kegiatan Pemda Minahasa.Kita berharap target kita tahun 2023 ini kolintang sudah diakui dan dicatat di Unesco sebagai warisan budaya tak benda dari Sulawesi Utara dan Indonesia,” urainya,

Mantan Pangdam Bukit Barisan ini menghimbau generasi muda, dimana saja berada, agar ikut menggalakkan dan melestarikan kolintang.

“Karena anak-anak difable saja bisa bermain kolintang, tentu generasi muda yang lain juga harus mampu. Kami ada pelatih, silahkan kalau mau latihan di Sanggar Limeka,” katanya.

Sari, Koordinator Bunda Hati Kudus (BHK), yang membawa belasan kaum difable untuk bermain musik kolintang, menyampaikan, beberapa difabel sudah biasa latihan dan tampil sebelum pandemi Covid-19.

“Saat ada undangan dari Pinkan, kita baru diajak latihan oleh Pak Markus Sugi (Pelatih dan Pengurus Pinkan) yang secara kebetulan memiliki metode khusus untuk kaum difable. Mereka tampil dengan mengandalkan aba-aba dari tangan sang konduktor. Sebab, tanpa aba-aba itu, maka akan kacau karena mereka tidak mendengar,” terang Sari.

Ia mengaku, baru kali ini hadir dalam acara yang digelar Pinkan. Untuk acara-acara lainnya biasanya mereke mengisi di gereja-gereja, sebelum pandemi, dan saat pandemi secara otomatis kegiatan itu berhenti.

“Dulu kami memiliki donatur yang membiayai pelatih, donatur yang merupakan suami istri itu kini sudah meninggal karena Covid-19. Sekarang kami merangkak lagi untuk bangkit memulai kembali, dan kami dengan sengat senang hati bila ada donatur yang membantu kami dalam kegiatan sanggar kolintang ini,” harapnya.

Ia mengaku anak-anak difable merasa senang dapat mengikuti gebyar kolintang yang digelar dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia.(MRZ).

Sumber: tangerangnline.id